Senin, 23 Oktober 2023

Buku ini menggali mendalam Pendidikan Kewarganegaraan(Civic Education) sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi. Dengan merujuk pada ketentuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, buku ini menyoroti pentingnya Civic Education sebagai landasan demokrasi, melindungi hak asasi manusia, dan membentuk dasar negara.

Buku ini memberikan kontribusi besar dengan membimbing mahasiswa melalui konsep-konsep dasar identitas budaya, identitas nasional, dan integrasi nasional. Selain itu, buku ini mengkaji hak dan kedudukan warga negara di Indonesia, menguraikan unsur negara dan konstitusi, serta menjelaskan sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam konteks demokrasi, pembaca diajak memahami demokrasi Pancasila, pendidikan demokrasi di Indonesia, serta prinsip negara hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Buku ini bukan hanya memberikan teori, tetapi juga memberikan contoh nyata dan studi kasus yang relevan. Mahasiswa diajak untuk memahami konsep-konsep ini tidak hanya dalam konteks lokal, tetapi juga global. Dengan demikian, mereka dapat berpartisipasi aktif dalam proses demokratis, memecahkan masalah sosial, dan membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan demokratis.

Bagi mahasiswa dan pembaca lainnya, buku ini akan menjadi panduan yang kaya dan informatif, membantu mereka memahami dan menginternalisasi Civic Education dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca buku ini, pembaca akan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang peran penting Civic Education dalam membentuk warga negara yang sadar akan hak dan kewajiban mereka, serta mampu berkontribusi dalam membangun masyarakat dan negara yang lebih baik.

Jumriani, S.Sos., M.Si., Dosen Tetap Prodi Perbankan Syariah (S1) FEBI IAIN Bone, Sulawesi Selatan.

Penulis         Jumriani, S.Sos., M.Si.

Penerbit        : Trustmedia Publishing
Tahun Terbit : 2023
ISBN            : -

Halaman : 216 Hal

Rabu, 18 Oktober 2023

 

Perkembangan ilmu, teknologi dan peradaban menuntut berbagai penemuan dan kebutuhan yang makin luas dan kompleks. Hal ini yang mendasari perlunya perubahan dari cara-cara praktik pertanian yang lama. Perkembangan bidang pertanian saat ini tergolong pesat dan mencakup berbagai hal untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak berdiri sendiri yang terkait erat dengan peningkatan produksi dan pengembangaan daya guna dan hasil guna dari hasil- hasil pertanian. 

Teknologi Pertanian khususnya Pengolahan Hasil Pertanian mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1970. Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai komoditas pertanian yang telah dikenal sejak lama. Hasil pertanian yang digunakan secara langsung sebagai bahan makanan maupun yang tidak secara langsung sebagai produk-produk industri telah lama dikenal dan dijadikan sebagai sumber penghidupan oleh masyarakat di Indonesia. Perkembangan industri-industri yang mengolah berbagai komoditi hasil pertanian, baik industri besar, sedang maupun kecil sangat pesat akhir-akhir ini.

Secara sederhana industri pangan mencakup kegiatan produksi bahan mentah, kegiatan pengolahan dan kegiatan distribusi. Kegiatan di dalam bidang produksi bahan mentah adalah kegiatan yang berhubungan dengan teknologi pertanian yaitu pembibitan, dan penanaman pemeliharaan selama pertumbuhan tanaman dan pemanenan atau pemotongan, penyimpanan, penanganan atau pengepakan dan distribusi bahan mentah untuk proses selanjutnya. Kegiatan pengolahan adalah proses pembuatan suatu bahan dari bahan mentah atau bahan asal serta kegiatan penanganan dan pengawetan bahan tersebut. 

Penulis   

  1. Eko Basuki
  2. Nazaruddin
  3. Ahmad Alamsyah
  4. Zainuri
  5. Sukmawaty
  6. Kurniawan Yuniarto
  7. Riezka Zuhriatika Rasyda
  8. Yesica Marcelina Romauli Sinaga

Penerbit : Trustmedia Publishing
Tahun Terbit : 2023
ISBN : -

Halaman : 168 Hal


Selasa, 29 Agustus 2023

 

    Perimbangan dalam persaingan umumnya dipandang sebagai suatu hal biasa yang dianggap normatif, padahal dalam pendekatan kritis, upaya yang tengah dilakukan boleh jadi merupakan jebakan dari eksploitasi lawan/pesaing yang disisi lain ada kalanya kontra internal dalam dinamika pengambilan keputusan/kebijakan menciptakan keputusan strategi yang buruk akibat ketidaktepatan dalam penentuan sasaran-sasaran strategis sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi strateginya. Kebijakan dengan strategi buruk sejatinya bisa merupakan omong kosong yang samar tampak sebagai konsep strategis atau tidak lebih sebuah argumentasi. Untuk itu tiga hal yang esensi menjadi semakin penting, yaitu: ketajaman fungsi identifikasi dengan kesederhanaan, kerumitan, dan fakta realita serta relevansi yang mampu menterjemahkan hal terpenting diantara banyak aspek dalam situasi; kemudian panduan berupa kebijakan menghadapi tantangan sebagai pendekatan secara holistik untuk mengatasi rintangan yang telah teridentifikasi dalam proses deteksi, kenali, penilaian dan distribusi; serta segenap tindakan selaras, sepadan dan saling terkait untuk perbaikan yang menjadi pelaksanaan kebijakan panduan dengan langkah-langkah integritas yang terkoordinasi dan terintegrasi untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan panduan tersebut. Ketiga hal yang esensi ini adalah langkah tepat yang menjadi substansi pengembangan strategi termasuk di dalam dinamika persaingan era digital penuh kompetisi yang berkelanjutan, mengingat segala sesuatu yang timbul sebagai dampak resiko relatif yang labil dari masing-masing yang esensi ini senantiasa disertai awalan yang boleh jadi merupakan gejala krisis yang menjadi kelemahan yang tidak jarang terabaikan atau mungkin tidak disadari. Oleh karenanya, peluang dan resiko dengan segenap kekuatan dan kelemahan adalah intisari membangun kekuatan dalam. formulasi strategi bersaing era digital yang andal, dimana kemampuan mencegah ekploitasi kelemahan sendiri oleh lawan/pesaing dan atau mencegah keadaan tereksploitasinya kelemahan sendiri adalah kekuatan tersembunyi dalam situasi yang bisa menjadi peluang keunggulan terselubung yang mengerikan dibanding keunggulan yang tampak dalam dunia nyata.

Penulis   

  1. Dr. Harangan Sitorus
  2. Kunto Wibowo, AP.,M.M
  3. Imam Hidayat, S.E.,M.M
  4. Anton Palaguna, S.E.,M.M..O.A.S

Penerbit : Trustmedia Publishing
Tahun Terbit : 2023
ISBN : -
Halaman : 102 Hal



Selasa, 02 Mei 2023

 

Hasil studi dalam buku yang anda pegang ini menunjukan bahwa permintaan uang terdiri dari dua komponen, yaitu: Pertama, permintaan uang untuk memenuhi kebutuhan dan investasi produktif. Kedua, permintaan uang untuk kebutuhan konsumsi yang boros, investasi yang tidak produktif serta spekulatif. Upaya meregulasi berbagai komponen permintaan uang melalui mekanisme suku bunga cenderung menekan permintaan uang untuk pemenuhan kebutuhan dan investasi produktif dan menggiring pada permintaan uang untuk tujuan yang kedua, yang tidak perlu, kurang produktif, dan spekulatif. Oleh karena itu, para ekonom muslim lebih mengandalkan tiga variabel penting dalam manajemen permintaan uang, yakni: (1) Nilai-nilai moral, (2) Lembaga-lembaga sosial ekonomi dan politik, termasuk mekanisme harga, dan (3) Tingkat keuntungan riil sebagai pengganti suku bunga. Ketiganya saling memperkuat dan berkorespondensi dalam satu sistem yang akan menciptakan pola permintaan uang yang relatif stabil. Nilai moral akan mengurangi sikap boros dan mubazir juga mengurangi penggunaan uang untuk tujuan spekulatif. Mekanisme harga dan lembaga lainnya membantu pengalokasian sumber daya pada tujuan yang lebih efisien dan adil. Penggunaan suku bunga sebagai intermediary instrumen cenderung membentuk masyarakat dengan pola konsumsi diluar batas kemampuan, spekulatif dan tidak produktif.

Penulis             :  Dr. Syaparuddin, S.Ag., M.SI.
Penerbit            Trustmedia Publishing
Tahun Terbit     : 2023
ISBN                : -
Halaman           : 208

Senin, 06 Maret 2023

Penulis             :  Dr. Amir, M.Ag
Penerbit            : Trustmedia Publishing
Tahun Terbit     : 2020
ISBN                : 978-602-5599-34-7
Halaman           : 200
 

Jumat, 03 Februari 2023

          Kehidupan sosial seringkali dikejutkan oleh konflik yang dipersepsi mendatangkan malapetaka. Pertentangan yang terjadi ditengah masyarakat terkadang membesar dengan eskalasi yang tidak bisa diatasi. Disaat itu, konflik membesar dan menghancurkan segalanya. Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia telah diperhadapkan pada konflik-konflik baik bersifar horizontal maupun vertikal. Korban telah berjatuhan dan kohesi sosial telah koyak.
Meskipun teoritikus sosial berpandangan bahwa konflik adalah sesuatu yang bersifat alamiah namun upaya antisipatif mencegah eskalasi konflik yang membesar sangat diperlukan. Menurut penulis, Modal sosial adalah modal yang efektif bisa mencegah membesarnya eskalasi konflik. Modal sosial adalah sumber daya yang berasal dari masyarakat dan bersifat informal. Modal sosial terbentuk dalam ruang dan waktu serta pengalaman kesejarahan masyarakat tertentu.
Modal sosial memiliki elemen yang menjadikan interaksi antar aktor dan kelompok sosial memiliki ikatan kuat. Elemen-elemen tersebut adalah kepercayaan (trust), Jaringan (network) dan norma (norm). Tingkat interaksi sosial yang tinggi ditentukan oleh tingkat kepercayaan antar kelompok dalam masyarakat. Bila terbentuk sikap saling percaya diantara kelompok maka dengan sendiri kohesi sosial terbentuk.
       Kohesi sosial yang tinggi mencerminkan jaringan sosial yang terbentuk sangat kokoh. Ikatan sosial antar kelompok yang kuat tersebut dipayungi oleh norma sosial yang dijunjung tinggi. Norma sosial yang berisi nilai-nilai yang disepakati dan diyakini bisa mentransformasi kehidupan sosial mereka. Kepercayan, jaringan dan norma adalah sumber daya alami dan informal yang bersumber masyarakat. Alat perekat yang berfungsi untuk merekatkan satu benda dengan benda lainnya.
      Secara teoritik, modal sosial dapat diperkuat dengan dukungan negara. Negara memiliki kewajiban untuk memproduksi kebijakan publik yang selaras dengan modal sosial yang dimiliki masyarakat. Syaratnya dengan memberikan ruang pada masyarakat untuk mengekspresikan dirinya secara bebas. Pengungkapan aspirasi jangan dihambat. Singkatnya negara harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi. Keseimbangan antara dinamika publik dengan kekuasaan negara terwujud jika tatanan masyarakat tersebut telah mencapai tipe masyarakat terbuka (open society).
Open society adalah perwujudukan aktualisasi kuatnya modal sosial. Open society juga adalah perwujudan ruang interaksi antara kekuatan masyarakat sipil dengan kekuatan negara. Harmonisasi kekuatan sipil dengan otoritas negara mendapatkan wujud idealnya dalam tatanan masyarakat terbuka (open society). Masyarakat terbuka juga dengan sendirinya mampu merespon peluang tingginya eskalasi konflik. Meskipun konflik adalah sesuatu yang tak terhindarkan namun pada masyarakat terbuka (open society) proses resolusi konflik dapat dijalankan secara efektif.       

Penulis             :  Dr. Kurniati Abidin, S.Sos., M.Si
Penerbit            : Trustmedia Publishing
Tahun Terbit     : 2023
ISBN                : -
Halaman           : 198


Rabu, 25 Januari 2023

 



       In Indonesia, English is learnt as a foreign language which is mostly learnt at schools through English teachers’ instructions in the classrooms. In the classrooms (from secondary education to tertiary education), the Indonesian learners of English are required to master four language macro skills i.e. speaking, listening, writing, as well as reading since they are the key to a successful communication both in spoken and written discourses. Among the macro skills, many learners put the first priority to learn speaking. As Richards (2008) states, a large percentage of the world’s language learners study English in order to develop proficiency in speaking. However, mastering this skill is not as easy how it is imagined. Many learners encounter problems regarding the miscro skills within speaking. A research reported by Andi.K and Arafah.B. (2017) indicates that the major problem encountered by the Indonesian learners of English about speaking skills is the limited linguistic resources e.g. bad pronunciation, limited vocabulary, and bad grammar, which causes them unable to speak English effectively.
The research report is also proven by some facts we have seen for all these years teaching English at some univerities in Indonesia. Most Indonesian learners of English give the first priority to rapid their speech without noticing the articulatory precision of the sound they make such as vowel and consonant sounds are not correctly made, stress is not properly placed on  a certain word’s syllable, intonation pattern is imprecisely used, and words in utterances are spoken without clear-cut borderlines between them. Consequently, all the articulatory imprecisions  have made unnatural speech (bad pronounciation) which cause native English speakers encounter problems in interpreting their utterances. We need to make the learners realize that bad pronunciation finally not only contribute negative effects to their speaking skills, but also negatively interfere with native listeners’ comprehension because they are not familiar to the sounds the learners make when speaking. Be aware of that the fact that many learners of English have been through difficult communications, embarrassing situations or even  get  low scores at speaking tests due to bad pronunciation. Therefore, having correct pronunciation is important because it can lead to more efficient communication and consequently better speaking outcomes. Of course, it doesn’t mean to sound like a native speaker but at least the learners should try as much as they can to reduce their accent, use proper intonation in sentences, pronounce words clearly and correctly in order to have more natural sounds in conversations.

Penulis             :  Dr. Kaharuddin, S.IP, M.Hum
                            Prof. Dr. Hj. Djuwairiah Ahmad, M.Pd., M.TESOL
                            Prof. Drs. H. Burhanuddin Arafah, M.Hum, Ph.D.
Penerbit            : Trustmedia Publishing
Tahun Terbit     : 2023
ISBN                : -
Halaman           : 104